Selasa, 26 April 2016

PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DAN DESTINASI WISATA


1.   Regulasi Diri Sebagai Teknik Dalam Perencanaan dan Manajemen Pariwisata
           ( Self regulation as a technique in tourism planning and management )
Dalam hal ini sangat diperlukan pemahaman mengenai tiga perbedaan yang ada didalam perencanaan dan Manajemen pariwisata yang diantaranya Regulasi, Pedoman dan Kode etik. Perencanaan dan manajemen pariwisata diperlukan kode etik dan pedoman,dimana Pedoman biasanya didasarkan pada ajaran yang dianggap baik, serta menunjukkan tindakan dan alasan yang harus diikuti. Sementara kode etik itu sendiri memberikan aturan untuk berperilaku dalam situasi tertentu. Kode etik biasanya bersifat sukarela, cenderung memaksakan diri dan dirancang untuk bertindak sebagai bentuk peraturan diri. Oleh karena itu kode etik dan pedoman berfokus pada perencanaan dan manajemen pariwisata.
            Namun Kode etik sering gagal untuk menentukan baik untuk tujuan yang luas atau tujuan yang lebih spesifik. Akan tetapi setelah melakukan survei terhadap kode etik pariwisata dan menerima informasi tentang tiga puluh kode yang digunakan oleh negara-negara dan asosiasi internasional, dapat disimpulkan bahwa sejumlah tujuan tertentu diproduksi dalam bentuk ringkasan. Adapun  5  diantara 30 tujuan dari kode tersebut adalah sebagai berikut :
Yang pertama melayani sebagai katalis untuk dialog antara pemerintah dan badan-badan lain yang  terlibat dalam pariwisata. Kedua menciptakan kesadaran di pemerintah dan industri dari kebutuhan untuk pengelolaan lingkungan. ketiga meningkatkan kesadaran di antara turis dari kebutuhan untuk perilaku yang sesuai.kemudian yang ke empat membuat populasi dan menyadari kebutuhan untuk perlindungan lingkungan. Dan kelima untuk mendorong kerja sama antara lembaga pemerintah, masyarakat sekitar, industri dan LSM.  
            Pada dasarnya kode etik dan pedoman merupakan bagian dari upaya untuk mengatur manajemen pariwisata. Kode etik memiliki berbagai instansi termasuk pemerintah, LSM, perwakilan industri dan individu yang peduli tehadap manajemen pariwisata.adapun tujuan utama dari kode etik adalah mengatur tingkah laku, mepengaruhi pikiran seseorang untuk mengikuti kode etik tersebut, menjaga lingkungan dan meminimalisir dampak negatif, mengubah tingkah laku untuk mengikuti peraturan yang ada dan mengikat orang lain agar tidak dapat bergerak atau  berdebat.

2. Tata kelola Destinasi (Destination Management Organizations)
Tata kelola destinasi adalah koordinasi dan integrasi semua elemen destinasi dari bauran pariwisata dalam wilayah geografis berdasarkan strategi dan rencana pariwisata. Unsur-unsur dari elemen destinasi yang terdiri dari atraksi dan acara (event), fasilitas wisata baik dari fasilitas hotel maupun restoran, transportasi, infrastruktur dan pelayanan yang bersumber dari masyarakat setempat (Mill and Morrison, 2012). Di samping itu, destinasi manajemen mencakup pembentukan citra, branding, dan pemasaran dan komunikasi itu tempat semua yang ditawarkan kepada wisatawan.
Organisasi Pengelolaan Destinasi (DMO) yang bertanggung jawab secara keseluruh untuk koordinasi dan integrasi dari unsur-unsur bauran pariwisata dan juga untuk tujuan pemasaran. Bauran Pariwisara dan produk destinasi memiliki beberapa konsep serupa. setiap konsep memiliki empat komponen produk tujuan yaitu : yang pertama Physical Product (Produk fisik) termasuk barang fisik seperti atraksi, fasilitas, transportasi, dan infrastruktur. Kedua People (Orang) dalam hal ini  masyarakat lokal menyediakan sumber daya perhotelan sebagai tuan rumah dan penyedia layanan pribadi. Ketiga, Packages (Paket) pada umumnya semua tujuan memiliki satu set paket dan program yang dapat dibeli dan digunakan oleh turis. paket dirakit oleh agen-agen perjalanan. Dan yang terakhir adalah Program dalam hal ini berupa event (acara), festival dan kegiatan yang disusun dari diprogram untuk wisata
Setelah Komponen selanjutnya DMO atau Tata Kelola dalam manajemen Destinasi  memiliki beberapa peran yang pertama adalah Kepemimpinan dan Koordinasi memiliki peran kepemimpinan dalam pariwisata dengan tujuan adalah mengarahkan yang lebih baik untuk pariwisata di masa depan. Kedua yaitu Perencanaan dan Penelitian memiliki peran penting dalam mempersiapkan kebijakan pariwisata, rencana dan strategi untuk tujuan. Ketiga Pengembangan Produk yang memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk pembangunan berkelanjutan dari produk pariwisata termasuk produk fisik, orang, paket dan program. Selanjutnya yang keempat adalah Pemasaran dan Promosi bertujuan mengembangkan strategi pemasaran secara keseluruhan dan mempersiapkan jangka panjang dan rencana pemasaran jangka pendek untuk pariwisata. Dan yang terakhir adalah Kemitraan dan Tim-Bangunan bertujuan untuk menempatkan bersama tim tujuan yang efektif dan membangun aliansi untuk mencapai tujuan pengembangan produk tujuan dan pemasaran.

3. Pendidikan sebagai tehnik dalam perencanaan dan manajemen pariwisata ( Education as a technique in tourism planning and management )
Pendidikan pada dasarnya dapat digunakan dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata dengan berbagai cara. Pendidikan sering juga dikaitkan dengan memberikan informasi baik kepada pengunjung maupun seseorang yang membutuhkan informasi, maka pendidikan adalah salah satu teknik yang sering digunakan seorang pemberi informasi kepada pengunjung atau wisatawan. Ada banyak cara dalam memberikan informasi kepada pengunjung atau wisatawan, dan pendidikan ini  dapat bersifat formal seperti layaknya proses perkuliahan sebagai contoh  di atas kapal pesiar  seorang guide atau  pemberi informasi dapat memberikan  suatu informasi atau topic  tentang destinasi maupun margasatwa.
Seorang guide biasannya menemanni pengunjung atau wisatawan dengan memberikan informasi baik tentang waktu dan proses berlamgsungnya tour sehinggah pengunjung atau wisatawan dapat mengetahui informasi yang telah diberikan oleh seorang guide meskipun informasi yang guide berikan sedikit informal. Pengunjung atau wisatawan yang membaca buku panduan atau bahkan membaca tanda-tanda seperti informasi yang diberikan contohnya ditempat museum atau kebun binatang dapat dikategorikan sebagai proses pendidikan karena secara tidak langsunng pengunjung atau  wistawan sudah mendapatkan informasi. Pendidikan dapat dibedakan berdasarkan jenis proses pendidikan dengan media yang digunakan baik itu secara tertulis maupun lisan,dimana isi informasi ini tentang aktivitas dan gaya presentasi yang bersifat formalitas dan interaktivitas. Seorang pemandu wisata (guide)  harus memberikan informasi kepada pengunjung atau wisatawan dalam konteks pariwisata dengan menggunakan “Interprestasi”. Sehinggah pada pembahasan ini membahas tentang konsep Interprestasi dimana seorang guide bekekrja sebagai interpreter yang memberikan informasi, agent informasi yang menyajikan sebuah studi kasus tentang penjaga kebun binatang sebagai interpreter.
Di dalam Pendidikan, interpretasi adalah salah satu hal yang sangat penting Dimana interpretasi adalah sebuah proses pendidikan yang menpekerjakan media ilustrasi sebagai salah satu sarana dalam proses pedidikan yang bertujuan untuk mengungkapkan makna dan hubungan. Di dalam penjelasan tentang Interpretasi, Pretice (1995,p.55) mendefinisikan Interpretasi sebagai tempat untuk proses dengan orang-orang yang ingin berkomunikasi sehingga mereka lebih memahami pentingnya bagaimana cara mengembangkan sikap positif untuk melakukan konservasi. Interprestasi dapat dilihat dari proses pembuatan tempat yang dapat di akses oleh khalayak umum dengan menyediakan tempat untuk pengunjug atau wisatawan.                      

Materials in this book are taken from :
-          Mason,P.2003. Tourism Impact, Planning and Management
-          Morrison,A.2012. Destination Management and Destination

              
   By TEAM
         Nama    : Elvira Pratiwi Pualillin
                                      Fitri Yanti Pertiwi Yasmin
                                      Nur Ramadhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar