1. Regulasi Diri Sebagai Teknik Dalam
Perencanaan dan Manajemen Pariwisata
(
Self regulation as a technique in tourism planning and management )
Dalam hal ini
sangat diperlukan pemahaman mengenai tiga perbedaan yang ada didalam
perencanaan dan Manajemen pariwisata yang diantaranya Regulasi, Pedoman dan
Kode etik. Perencanaan dan manajemen pariwisata diperlukan kode
etik dan pedoman,dimana
Pedoman biasanya didasarkan pada ajaran yang dianggap baik, serta menunjukkan tindakan dan alasan
yang harus diikuti. Sementara kode etik itu sendiri memberikan aturan untuk berperilaku
dalam situasi tertentu. Kode etik biasanya bersifat sukarela, cenderung
memaksakan diri dan dirancang untuk bertindak sebagai bentuk peraturan diri. Oleh
karena itu kode etik dan pedoman
berfokus pada perencanaan dan manajemen pariwisata.
Namun Kode etik sering gagal untuk
menentukan baik untuk tujuan
yang luas atau tujuan yang lebih spesifik. Akan tetapi setelah melakukan survei terhadap kode
etik pariwisata dan menerima informasi tentang tiga puluh kode yang digunakan
oleh negara-negara dan asosiasi internasional, dapat disimpulkan bahwa sejumlah
tujuan tertentu diproduksi dalam bentuk ringkasan. Adapun 5
diantara 30 tujuan dari kode tersebut adalah sebagai berikut :
Yang pertama melayani
sebagai katalis untuk dialog antara pemerintah dan badan-badan lain yang terlibat
dalam pariwisata. Kedua menciptakan
kesadaran di pemerintah dan industri dari kebutuhan untuk pengelolaan
lingkungan. ketiga
meningkatkan kesadaran di antara turis dari kebutuhan untuk perilaku yang
sesuai.kemudian yang ke empat
membuat populasi dan menyadari kebutuhan untuk perlindungan lingkungan. Dan kelima untuk mendorong kerja sama
antara lembaga pemerintah, masyarakat sekitar, industri dan LSM.
Pada dasarnya kode etik dan pedoman
merupakan bagian dari upaya untuk mengatur manajemen pariwisata. Kode etik
memiliki berbagai instansi
termasuk pemerintah, LSM, perwakilan industri dan individu yang peduli tehadap manajemen pariwisata.adapun tujuan utama dari kode etik adalah mengatur
tingkah laku, mepengaruhi pikiran seseorang untuk mengikuti kode etik tersebut,
menjaga lingkungan dan meminimalisir dampak negatif, mengubah tingkah laku
untuk mengikuti peraturan yang ada dan mengikat orang lain agar tidak dapat
bergerak atau berdebat.
2.
Tata
kelola Destinasi (Destination Management
Organizations)
Tata kelola destinasi adalah koordinasi
dan integrasi semua elemen destinasi dari bauran pariwisata dalam wilayah
geografis berdasarkan strategi dan rencana pariwisata. Unsur-unsur dari elemen
destinasi yang terdiri dari atraksi dan acara (event), fasilitas wisata baik dari fasilitas hotel maupun restoran,
transportasi, infrastruktur dan pelayanan yang bersumber dari masyarakat setempat
(Mill and Morrison, 2012).
Di samping itu, destinasi manajemen mencakup pembentukan citra, branding, dan pemasaran dan komunikasi itu tempat semua
yang ditawarkan kepada wisatawan.
Organisasi Pengelolaan Destinasi (DMO)
yang bertanggung jawab secara keseluruh untuk koordinasi dan integrasi dari unsur-unsur bauran
pariwisata dan juga
untuk tujuan pemasaran. Bauran Pariwisara dan produk destinasi memiliki
beberapa konsep serupa.
setiap konsep memiliki empat komponen produk tujuan
yaitu : yang pertama Physical Product (Produk fisik) termasuk barang fisik seperti atraksi,
fasilitas, transportasi, dan infrastruktur. Kedua People (Orang) dalam hal ini masyarakat lokal
menyediakan sumber daya perhotelan sebagai tuan rumah dan penyedia layanan
pribadi. Ketiga, Packages (Paket) pada umumnya semua tujuan memiliki satu set paket
dan program yang dapat dibeli dan digunakan oleh turis. paket dirakit oleh
agen-agen perjalanan. Dan yang terakhir adalah Program dalam hal ini berupa event (acara), festival dan kegiatan yang disusun dari diprogram
untuk wisata
Setelah Komponen
selanjutnya DMO atau Tata Kelola dalam manajemen Destinasi memiliki
beberapa peran yang pertama adalah Kepemimpinan dan Koordinasi memiliki peran kepemimpinan dalam pariwisata dengan
tujuan adalah mengarahkan yang lebih baik untuk pariwisata di masa depan.
Kedua yaitu Perencanaan dan Penelitian memiliki peran penting dalam mempersiapkan kebijakan pariwisata, rencana dan
strategi untuk tujuan. Ketiga Pengembangan Produk yang memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk
pembangunan berkelanjutan dari produk pariwisata termasuk produk
fisik, orang, paket dan program. Selanjutnya
yang keempat adalah Pemasaran dan Promosi bertujuan mengembangkan strategi pemasaran secara keseluruhan dan
mempersiapkan jangka panjang dan rencana pemasaran jangka pendek untuk
pariwisata. Dan yang terakhir adalah Kemitraan dan Tim-Bangunan bertujuan untuk menempatkan bersama tim tujuan yang efektif dan membangun aliansi untuk mencapai tujuan pengembangan produk
tujuan dan pemasaran.
3. Pendidikan sebagai tehnik dalam
perencanaan dan
manajemen pariwisata ( Education as a technique in tourism planning and management
)
Pendidikan pada dasarnya dapat digunakan
dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata dengan berbagai cara. Pendidikan sering juga dikaitkan dengan
memberikan informasi baik kepada pengunjung maupun seseorang yang membutuhkan
informasi, maka pendidikan adalah salah satu teknik yang sering digunakan
seorang pemberi informasi kepada pengunjung atau wisatawan. Ada banyak cara
dalam memberikan informasi kepada pengunjung atau wisatawan, dan pendidikan
ini dapat bersifat formal seperti
layaknya proses perkuliahan sebagai contoh
di atas kapal pesiar seorang
guide atau pemberi informasi dapat
memberikan suatu informasi atau
topic tentang destinasi maupun
margasatwa.
Seorang guide biasannya menemanni
pengunjung atau wisatawan dengan memberikan informasi baik tentang waktu dan
proses berlamgsungnya tour sehinggah pengunjung atau wisatawan dapat mengetahui
informasi yang telah diberikan oleh seorang guide meskipun informasi yang guide
berikan sedikit informal. Pengunjung atau wisatawan yang membaca buku panduan atau
bahkan membaca tanda-tanda seperti informasi yang diberikan contohnya ditempat
museum atau kebun binatang dapat dikategorikan sebagai proses pendidikan karena
secara tidak langsunng pengunjung atau
wistawan sudah mendapatkan informasi. Pendidikan dapat dibedakan
berdasarkan jenis proses pendidikan dengan media yang digunakan baik itu secara
tertulis maupun lisan,dimana isi informasi ini tentang aktivitas dan gaya
presentasi yang bersifat formalitas dan interaktivitas. Seorang pemandu wisata (guide) harus memberikan informasi kepada pengunjung
atau wisatawan dalam konteks pariwisata dengan menggunakan “Interprestasi”.
Sehinggah pada pembahasan ini membahas tentang konsep Interprestasi dimana
seorang guide bekekrja sebagai interpreter yang memberikan informasi, agent
informasi yang menyajikan sebuah studi kasus tentang penjaga kebun binatang
sebagai interpreter.
Di dalam Pendidikan, interpretasi adalah salah satu hal yang
sangat penting Dimana interpretasi adalah sebuah proses pendidikan yang
menpekerjakan media ilustrasi sebagai salah satu sarana dalam proses pedidikan
yang bertujuan untuk mengungkapkan makna dan hubungan. Di dalam penjelasan
tentang Interpretasi, Pretice
(1995,p.55) mendefinisikan
Interpretasi sebagai tempat untuk proses dengan orang-orang yang ingin
berkomunikasi sehingga mereka lebih memahami pentingnya bagaimana cara
mengembangkan sikap positif untuk melakukan konservasi. Interprestasi dapat
dilihat dari proses pembuatan tempat yang dapat di akses oleh khalayak umum
dengan menyediakan tempat untuk pengunjug atau wisatawan.
Materials
in this book are taken from :
-
Mason,P.2003. Tourism Impact, Planning
and Management
-
Morrison,A.2012. Destination Management
and Destination
By TEAM
Nama : Elvira Pratiwi Pualillin
Nama : Elvira Pratiwi Pualillin
Fitri Yanti Pertiwi Yasmin
Nur Ramadhani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar